• SALES MARKETING CALL OR WA +62 819-9000-3026

Wisata Edukasi

Pengeboran Minyak Pertama di Indonesia Sejarah Pertambangan

Kondisi Saat Ini, Pengeboran Minyak Tertua di Indonesia

Kondisi Saat Ini, Pengeboran Minyak Tertua di Indonesia 768 576 Coverall Indonesia

Sumur itu kemudian dilabel dengan nama Telaga Tunggal I. Penemuan sumur minyak pertama di Indonesia ini hanya berjarak sekitar 26 tahun dari penemuan sumur minyak komersial pertama di dunia pada 27 Agustus 1859 di Titusville, Pennsylvania, yang dieksplorasi oleh Edwin L. Drake dan William Smith dari Seneca Oil Company.

Penemuan sumur minyak pertama di Indonesia ini hanya berjarak sekitar 26 tahun dari penemuan sumur minyak komersial pertama di dunia

Perlu diketahui Zijlker memang bukan orang yang paling pertama melakukan pengeboran minyak di Indonesia. Karena pada saat yang hampir bersamaan, seorang Belanda yang lain yaitu Kolonel Drake, juga melakukan hal yang sama di Pulau Jawa, namun Zijlker mendahuluinya.

Semburan minyak dari Sumur Telaga I tersebut menjadi momentum pertama kesuksesan eksplorasi dan penambangan minyak di Indonesia. Nama Aeliko Janszoon Zijlker telah dicata didalam Sejarah Pertambangan Indonesia, sebagai penemu sumur minyak pertama dalam yang telah berberusia 119 tahun hingga saat ini

Telaga Tunggal I itu akhirnya dihentikan operasinya pada tahun 1934 setelah habis minyaknya dikuras oleh pemerintah Belanda yang mengelola ladang minyak ini melalui perusahaan dengan nama Bataafsche Petroleum Matschappij (BPM).

Beberapa sumur lainnya juga ditemukan di sekitar areal Telaga Tunggal I, namun juga sudah telah ditinggalkan. Paling tidak terdapat empat bekas sumur pengeboran minyak di sekitar itu dengan lokasi yang berdekatan

Sejarah Perjuangan

Catatan sejarah perjuangan bangsa Indonseia juga melekat di sumur pengeboran minyak Langkat ini dan terangkum dalam dua aspek.

Aspek pertama adalah perdangangan dan memberi andil bagi catatan sejarah pertambangan Indonesia, karena ternyata minyak pertama yang diekspor Indonesia bersumber dari kilang ini. Momentum itu terjadi pada 10 Desember 1957, yang sekarang diperingati sebagai hari lahir Pertamina, saat perjanjian ekspor ditandatangani oleh Direktur Utama Pertamina Ibnu Sutowo dengan Harold Hutton yang bertindak atas nama perusahaannya Refining Associates of Canada (Refican).

Setahun setelah penandatanganan kontrak, eskpor dilakukan menuju Jepang dengan menggunakan kapal tanki Shozui Maru. Kapal berangkat dari Pangkalan Susu, Langkat, yang merupakan pelabuhan pengekspor minyak tertua di Indonesia yang dibangun Belanda pada tahun 1898.

Sedangkan aspek kedua adalah nilai perjuangan yang ditorehkan putra bangsa melalui kilang ini. Kisah heroiknya berkaitan dengan Agresi Militer I Belanda 21 pada Juli 1947, yakni aksi membumihanguskan kilang. Aksi bumi hangus dilaksanakan sebelum Belanda tiba di Pelabuhan Pangkalan Susu, yakni pada 13 Agustus 1947.

Maksudnya, agar Belanda tidak bisa lagi menguasai kilang minyak seperti dulu. Selanjutnya, aksi bumi hangus berlanjut dan berlangsung menjelang Agresi Militer II Belanda pada 19 Desember 1948. Tower bekas aksi bumi hangus itu masih dapat dilihat sampai sekarang. Nilai historis yang terkandung dalam aksi bumi hangus ini, terus diperingati sampai sekarang. Pada 13 Agustus 2004 lalu, upacara kecil dilaksanakan di Lapangan Petralia UP I Pertamina Brandan.

Kondisi Saat Ini

Beberapa tahun belakangan, sejak pengeboran pertama, sumur itu ternyata masih menyisakan minyak yang menetes dari pompa minyaknya. Sementara di beberapa area, minyak juga masih merembes, membasahi daun-daun kering dan rumput di sekitarnya. Tetesan minyak ini kemudian dikumpulkan Warga sekitar, memasukannya dalam drum, kemudian dijual kepada kilang minyak Pertamina di Pangkalan Brandan untuk diolah menjadi BBM Pertamina.

Untuk sampai ke lokasi ini melewati jalan berlikut dengan melalui perkebunan karet dan sawit. Tak banyak kendaran atau masyarakat yang berlalu lalang kecuali truk-truk yang mengangkut hasil bumi seperti karet dan sawit.

Sebelum hampir sampai ke lokasi, kita akan melewati sebuah tugu peringatan 100 tahun perminyakan Indonesia dan sebagai penanda bahwa lokasi tujuan sudah dekat. Tugu setinggi dua meter yang diresmikan pada 4 Oktober 1985 oleh Ir Suyetno Patmokismo, Pimpinan Umum Daerah Pertamina Sumatera Bagian Utara, dengan balutan marmer hitam terdapat tulisan “Telaga Tunggal 1885-1985”.

Setelah kurang lebih 30 menit, akan dijumpai sebuah papan putih yang tertulis, “Di sini telah dibor sumur penghasil pertama di Indonesia. Nama Sumur Telaga Tunggal. Ditajak 15 Juni 1885. Kedalaman 121 meter. Hasil minyak 180 barrel perhari dari lima lapisan batu pasir dengan formasi baong. Lapangan ditinggalkan tahun 1934.”

Tak jauh dari plang putih tersebut terhimpit dan dikelilingi pohon sawit, sebuah kepala sumur berada. Dan inilah sumur minyak Telaga Tunggal, saksi bisu bagaiman Indonesia telah menjadi salah satu pioner eksplorasi minyak pertama di dunia

Telaga Tunggal sepertinya sepi perhatian pemerintah, padahal disinilah tonggak sejarah pertambangan di Indonesia. Telaga Tunggal harusnya bisa menjadi wisata edukasi industri tentang jejak minyak bumi di Nusantara kepada masyarakat.

Sumber referensi:

wikipedia indonesia
duniaenergi.com
detik.com
ugm.ac.id